Selasa, 28 Februari 2017

Kompas Pramuka

Kompas adalah alat yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin. Dan bagi para petualang, haruslah mengetahui dengan benar tentang kompas dan kinerjanya. Bahwasannya, dengan mengetahui dan bisa membaca peta dengan arah kompas, maka kemungkinan akan tersesat menjadi semakin kecil. Penting sebenarnya bagi penggiat alam bebas, tetapi banyak yang belum menggunakannya.

>Bagian - bagian penting dari Kompas :
1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
4. Jarum Penunjuk adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat diputar.
6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.



>Cara Mempergunakan Kompas :
1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut dan menunjukkan ARAH UTARA MAGNET
2. Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada, kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira - kira bersudut 50o dengan kaca dial.
Kaca pembesar tersebut berfungsi sebagai :
a. Membidik ke arah Visir, membidik sasaran.
b. Mengintai derajat Kompas pada Dial.
3. Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup Dial ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar
4. Apabila sasaran bidik 30o maka bidiklah ke arah 30o. Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu Titik sasaran sepanjang jalur 30o. Carilah sebuah benda yang menonjol / tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30o tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita Melambung ( keluar dari route ) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30 derajat.
5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran Balik ( Back Azimuth atau Back Reading ) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila tersesat dalam perjalanan.

>Cara melihat Kompas dan membidik sasaran
Rumus Back Azimuth / Back Reading
1. Apabila sasaran kurang dari 180 derajat = ditambah 180 derajat
   0 derajat – 180 derajat = X + 180 derajat
2. Apabila sasaran lebih dari 180 derajat = dikurang 180 derajat
   180 derajat – 360 derajat = X – 180 derajat

Contoh :
30 derajat sasaran baliknya adalah 30 derajat + 180 derajat = 210 derajat
240 derajat sasaran baliknya adalah 240 derajat – 180 derajat = 60 derajat

>Mata Angin
U = Utara : 0° atau 360°
TL = Timur Laut : 45°
T = Timur : 90°
TG = Tenggara : 135°
S = Selatan : 180°
BD = Barat Daya : 225°
B = Barat : 270°
BL = Barat laut : 315°


>MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN
Menentukan arah mata angin ( Utara Magnet ) dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tanpa menggunakan kompas, antara lain :
1. Makam / kuburan orang Islam.
2. Tempat ibadah ( Masjid / Musholah ).
3. Terbitnya matahari / bulan.
4. Lumut pada pohon. ( sebelah kiri dan kanan batang pohon )
5. Pucuk / ujung daun pada pohon.
6. Silet.
7. dll.

Sejarah Bapak Pramuka Indonesia

Salam Pramuka!!!!
Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang sejarah Bapak Pramuka Indonesia.

Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau, selain menjadi Sultan Yogyakarta, Wakil Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional Indonesia, pun dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia layak mengingat aktivitasnya di dunia kepramukaan (kepanduan) sebelum Gerakan Pramuka lahir (sebelum 1961), saat pendirian Gerakan Pramuka, maupun awal-awal perjalanan Gerakan Pramuka. Berkat pemikiran dan kebijakan yang diambilnya Gerakan Pramuka bisa menjadi seperti sekarang ini. Karenanya sejarah kepramukaan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Bapak Pramuka Indonesia, Hamengkubuwana IX.

Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili (ibu kota Provinsi Timor Timur; saat ini negara Timor Leste) yang kemudian mengukuhkan gelar Bapak Pramuka Indonesia tersebut. Bahkan beliau pun menerima "Bronze Wolf Award", sebuah penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Di mana baru ada empat orang di Indonesia yang menerima penghargaan ini, yakni: Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1973); Abdul Aziz Saleh (1978); John Beng Kiat Liem (1982); dan Letjen TNI (Purn) H Mashudi (1985). Sebelumnya, pada tahun 1972 Sri Sultan pun mendapatkan penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America.

 Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Raden Mas Bendoro Komisaris. HB IX adalah anak kesembilan dari Sri Sultan HB VIII dan Raden Ajeng Kustilah. pendidikan mulai dari Yogyakarta, pindah di Semarang, Surabaya dan Bandung.Pada tahun 1930 ia terdaftar di Rijkuniversiteit (sekarang Universitas Leiden), Belanda.

Pada tanggal 18 Maret 1940, ia dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta dengan judul "Anda Dalem Dalem Ngarsa Penguasa ayah Sultan HB Commander-in-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama khalifah yang kesembilan di Yogyakarta ". Dia adalah Sultan melawan kekuasaan kolonial Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia.Pada saat pendudukan Jepang, ia melarang pengiriman pekerja paksa. Pada kemerdekaan, ia dan Paku Alam IX menjadi otoritas lokal pertama yang bergabung dengan Republik Indonesia. Ketika Agresi Militer Belanda I, ia juga mengundang Presiden untuk melarikan diri dan aturan Indonesia, Yogyakarta. Bahkan HB IX memiliki peran kunci dalam peristiwa Serangan 1 Maret 1949.

HB IX meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada usia 76 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman Sultan Mataram di Imogiri, Yogyakarta.

Peran dalam Gerakan Pramuka

Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan). Pada tahun 1961, ketika berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden RI saat itu, Ir. Soekarno, berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya.

Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden RI membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Kepres Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.

Pada tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain dilakukan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).


Bapak Pramuka Indonesia saat memberi sambutan di Rapat Kerja Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1973. Gambar : Dok. Kwarnas


Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwono IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).

Keberhasilan Sri Sultan Hamengku Buwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beliau bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.

Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

Nah itulah sejarah singkat Bapak Pramuka Indonesia kita...
Semoga bermanfaat,,,
Terimakasihhhh...